Makroalgae Sargassum Dari BIMA NTB, Bahan Baku Lokal Produksi Bioetanol, Sebagai ”PILOT PROJECT” Daerah Penghasil ENERGI TERBARUKAN UNTUK INDONESIA BAGIAN TIMUR
Pertamina Ide Gila 2017
Oleh Ahmad Mawardi, M.Sc.
Proposal Lomba ini berbeda dengan proposal pada umumnya, Para peserta lomba dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dengan cermat. Konten pertanyaannya menurut saya sudah mewakili Umumnya proposal dan lebih detail membahas tentang ide ide bisnis. berikut terlampir pertanyaan pertanyaan serta jawaban yang sudah saya susun.
Hasil seleksi pertama sudah diumumkan dan yang diambil hanya 100 peserta untuk 2 kategori tersebut. Total pendaftar mencapai 2000 lebih proposal yang masuk. Saya tau bahwa untuk dapat lolos sangat lah sedikit kemungkinannya namun jiwa ini merasa tertantang untuk mengirimkan proposal tersebut. Hasilnya bagaimana? seperti yang diprediksi, alhamdulillah saya tidak lolos seleksi. Walaupun demikian insya Allah proposal ini akan bermanfaat bagi saya kedepannya semoga bisa dikembangkan untuk disertasi *aamiin. PDF
A. Bisnis New & Renewable Energy yang dikembangkan sejalan dengan Visi Pertamina
Sejauh mana Visi Bisnis New & Renewable Energy (NRE) yang akan dikembangkan sejalan dengan Visi Pertamina sebagai elemen penyedia layanan energy untuk Indonesia
(Max 200 kata)
A. Bisnis New & Renewable Energy yang dikembangkan sejalan dengan Visi Pertamina
Sejauh mana Visi Bisnis New & Renewable Energy (NRE) yang akan dikembangkan sejalan dengan Visi Pertamina sebagai elemen penyedia layanan energy untuk Indonesia
(Max 200 kata)
Perekonomian negara Indonesia sekarang sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber energi terutama energi bahan bakar, hal ini dapat terlihat dari meningkatkanya konsumsi BBM yang signifikan. Berdasarkan data dari Kementerian ESDM (2016) menyebutkan bahwa pertumbuhan konsumsi energi Indonesia meningkat mencapai 7% per tahun sedangkan pertumbuhan konsumsi energi dunia hanya 2,6% per tahun. Data DITJEN MIGAS (2016) menunjukkan konsumsi bahan bakar minyak nasional mencapai 1.600.000 barel/hari, produksi dalam negeri hanya mampu 850.000 barel/hari sehingga ada selisih 750.000 barel/hari yang harus di impor dari negara lain dengan menghabiskan anggaran 1,95 Triliun per hari (SKK Migas, 2015). Pertamina sebagai penyedia layanan Energi yang memiliki visi misi menghasilkan produk energi berbasis pada energi terbarukan agar dapat menjawab persoalan impor BBM dan memberikan energi yang murah kepada masyarakat Indonesia.
Makroalgae Sargassum yang tersedia di Bima dapat menjadi salah satu terobosan sebagai bahan baku produksi bioetanol, energi yang ramah lingkungan, bernilai ekonomi tinggi dan berdampak positif pada aspek sosial. Selain di Bima, Makroalgae Sargassum ada di sebagian besar wilayah NTB, NTT, Sulawesi dan Papua karena Kondisi iklim dan demografi wilayah Timur Indonesia yang serupa. Oleh karena itu, optimalisasi makroalgae dari Bima dapat dijadikan sebagai Pilot Project Produksi Bioetanol dan dapat di duplikasi di daerah Timur lainnya
Apa hal yang mendasari munculnya ide tersebut dan apa yang menjadikan konsep tersebut lebih unggul dibandingkan bisnis model yang telah ada? (Max 200 kata)
Ide ini muncul dikarenakaan adanya kemelimpahan makroalgae di salah satu pantai yang terletak di Langgudu Kabupaten Bima NTB, kapasitasnya sangat besar mencapai 5200 ton/tahun, dengan kandungan karbohidratnya yang tinggi sebesar 54,8%, dan pada penelitian awal menunjukkan bahwa hasil hidrolisis dan fermentasi Makroalgae Sargassum Asal Bima tersebut dapat menghasilkan Bioetanol sebesar 600 mg/L. Potensi ini dapat kita optimalkan dengan melakukan penelitian lanjutan.
Keunggulan yang dapat diperoleh yaitu ketersediaan bahan baku yang tetap ada sepanjang tahun sehingga dapat di panen secara terus menerus, makroalgae bukan merupakan bahan pangan sehingga tidak akan kontradiksi dengan kebutuhan pangan, budidayanya tanpa menggunakan lahan di daratan, bioetanol yang dihasilkan ramah lingkungan dan limbahnya dapat diolah menjadi pupuk organik.
Bioetanol dari Makroalgae ini akan menjadi yang pertama di Indonesia. Walaupun sebelumnya pernah di produksi Bioetanol dari molase namun sejak tahun 2010, bioetanol tersebut tidak diproduksi lagi dikarenakan molase lebih ekonomis untuk diolah di Industri pangan (Outlook Energi Indonesia, 2016)
Penerapan model Bioethanol by Village diharapkan akan membantu masyarakat Bima untuk menjadi sentra produksi Bioetanol yang terintegrasi sehingga nantinya akan diikuti oleh daerah lain di berbagai wilayah Timur di Indonesia.
Keunggulan yang dapat diperoleh yaitu ketersediaan bahan baku yang tetap ada sepanjang tahun sehingga dapat di panen secara terus menerus, makroalgae bukan merupakan bahan pangan sehingga tidak akan kontradiksi dengan kebutuhan pangan, budidayanya tanpa menggunakan lahan di daratan, bioetanol yang dihasilkan ramah lingkungan dan limbahnya dapat diolah menjadi pupuk organik.
Bioetanol dari Makroalgae ini akan menjadi yang pertama di Indonesia. Walaupun sebelumnya pernah di produksi Bioetanol dari molase namun sejak tahun 2010, bioetanol tersebut tidak diproduksi lagi dikarenakan molase lebih ekonomis untuk diolah di Industri pangan (Outlook Energi Indonesia, 2016)
Penerapan model Bioethanol by Village diharapkan akan membantu masyarakat Bima untuk menjadi sentra produksi Bioetanol yang terintegrasi sehingga nantinya akan diikuti oleh daerah lain di berbagai wilayah Timur di Indonesia.
B. Dampak bisnis dan social
Produk dan Layanan
Jelaskan secara singkat tentang produk dan/ atau jasa yang akan dijalankan dalam bisnis Anda.
(Max 200 kata)
Bioetanol adalah produk inti dari bisnis ini yang memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai bahan campuran bensin. Tingginya konsumsi bahan bakar energi oleh masyarakat Indonesia setiap tahunnya akan merugikan pelaku bisnis minyak fosil karena minyak diproyeksikan 10-15 tahun yang akan datang akan habis. Namun hal itu menguntungkan apabila bahan bakaar tersebut diganti dengan bahan terbarukan dari bahan hayati contohnya bioetanol. Selain itu, produk sampingan/limbah produksi bioetanol dapat dijadikan pupuk organik yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Pemanfaatan Makroalgae sebagai bahan baku Bioetanol dengan teknik rekayasa pemanenan selang seling akan menyebabkan Ekosistem Makroalgae tetap terjaga. Di Bima, Sargassum hanya menjadi limbah perairan yang dapat mengganggu kebersihan pantai, apabila terakumulasi dalam jumlah besar dapat menghambat kelancaran transportasi laut karena dapat menahan laju kapal dan sampan nelayan sehingga dengan adanya bisnis ini maka pemanfaatan makroalgae Sargassum akan optimal.
Bagi kepentingan Bisnis, Pembuatan Pabrik bioetanol akan menguntungkan jika bahanbaku terpenuhi dan lokasi produksinya berada dekat dengan bahan baku sehingga, selain dapat mengurangi biaya, pemanfaatan bahan baku lokal Bima akan memberi dampak sosial yang positif bagi kemandirian daerah dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Produk dan Layanan
Jelaskan secara singkat tentang produk dan/ atau jasa yang akan dijalankan dalam bisnis Anda.
(Max 200 kata)
Bioetanol adalah produk inti dari bisnis ini yang memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai bahan campuran bensin. Tingginya konsumsi bahan bakar energi oleh masyarakat Indonesia setiap tahunnya akan merugikan pelaku bisnis minyak fosil karena minyak diproyeksikan 10-15 tahun yang akan datang akan habis. Namun hal itu menguntungkan apabila bahan bakaar tersebut diganti dengan bahan terbarukan dari bahan hayati contohnya bioetanol. Selain itu, produk sampingan/limbah produksi bioetanol dapat dijadikan pupuk organik yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Pemanfaatan Makroalgae sebagai bahan baku Bioetanol dengan teknik rekayasa pemanenan selang seling akan menyebabkan Ekosistem Makroalgae tetap terjaga. Di Bima, Sargassum hanya menjadi limbah perairan yang dapat mengganggu kebersihan pantai, apabila terakumulasi dalam jumlah besar dapat menghambat kelancaran transportasi laut karena dapat menahan laju kapal dan sampan nelayan sehingga dengan adanya bisnis ini maka pemanfaatan makroalgae Sargassum akan optimal.
Bagi kepentingan Bisnis, Pembuatan Pabrik bioetanol akan menguntungkan jika bahanbaku terpenuhi dan lokasi produksinya berada dekat dengan bahan baku sehingga, selain dapat mengurangi biaya, pemanfaatan bahan baku lokal Bima akan memberi dampak sosial yang positif bagi kemandirian daerah dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Element Financial
Jelaskan berdasarkan fakta kuantitatif, elemen apa yang menjadikan konsep bisnis ini akan tumbuh dan berkelanjutan? Bagaimana menterjemahkan daya saing dalam pertumbuhan business size?
Jelaskan berdasarkan fakta kuantitatif, elemen apa yang menjadikan konsep bisnis ini akan tumbuh dan berkelanjutan? Bagaimana menterjemahkan daya saing dalam pertumbuhan business size?
Elemen finansial pada bisnis ini terdiri dari 6 aspek utama yaitu Bahan baku Makroalgae yang tumbuh endemik di sepanjang pantai di wilayah timur Indonesia. Diketahui data FAO (2009) menyatakan, di Indonesia jumlah makroalgae cokelat diperkirakan (termasuk Sargassum) mencapai 900.000 ton/tahun. Kesediaan bahan baku berperan penting terhadap keberlanjutan suatu bisnis. Penelitian (Mawardi, 2015) menunjukkan bahwa hidrolisis dan fermentasi makroalgae Sargassum dari Bima berhasil dijadikan Bioetanol. penelitian Kadi (2005) menunjukkan bahwa Sargassum mudah hidup di wilayah timur Indonesia dikarenakan tekstur pantai yang terdiri dari bebatuan yang massive di dasar perairan dengan ombak yang besar sehingga mudah dibudidaya. Dengan adanya produk Bioetanol ini nantinya akan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar fosil, dan Indonesia sudah menargetkan penggunaaan Energi terbarukan minimal 31% terhadap total penggunaan Energi Nasional (Outlook Energi Indonesia, 2016). Produk sampingan pabrik dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dikarenakan berdasarkan penelitian Sedayu dkk, dari Dinas Perikanaan dan Kelautan Indonesia (2014) menunjukkan bahwa pupuk dari Makroalgae termasuk Sargassum memiliki Hormon Pemacu Pertumbuhan (HPT) yang tinggi seperti Auksin, Giberelin dan Sitokinin sehingga merangsang pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat.
Berdasarkan data dari BPPT menyebutkan bahwa penggunaan EBT dari Biomassa akan terus meningkat setiap tahunnya berkisar 6,8% per tahun seiring dengan meningkatnya konsumsi energi Indonesia yang mencapai 7% per tahun setara dengan 164,6 juta barel/tahun.
Daya saing bioetanol dari Makroalgae akan lebih unggul dibandingkan dengan bioetanol yang diperoleh dari molase dikarenakan Makroalgae bukan merupakan bahan pangan dan dipastikan pemanfaatannya akan berhasil menurunkan konsumsi bahan bakar fosil secara bertahap, seiring dengan adanya green energy yang disepakati oleh negara negara diseluruh dunia dalam protocol Kyoto (UNFCCC, 1992).
Berdasarkan data dari BPPT menyebutkan bahwa penggunaan EBT dari Biomassa akan terus meningkat setiap tahunnya berkisar 6,8% per tahun seiring dengan meningkatnya konsumsi energi Indonesia yang mencapai 7% per tahun setara dengan 164,6 juta barel/tahun.
Daya saing bioetanol dari Makroalgae akan lebih unggul dibandingkan dengan bioetanol yang diperoleh dari molase dikarenakan Makroalgae bukan merupakan bahan pangan dan dipastikan pemanfaatannya akan berhasil menurunkan konsumsi bahan bakar fosil secara bertahap, seiring dengan adanya green energy yang disepakati oleh negara negara diseluruh dunia dalam protocol Kyoto (UNFCCC, 1992).
Value Proposition
Jelaskan secara singkat value proposition dari Ide Bisnis Anda, dan apa yang membuat pelanggan mau membeli produk/layanan anda? (Max 200 kata)
Jelaskan secara singkat value proposition dari Ide Bisnis Anda, dan apa yang membuat pelanggan mau membeli produk/layanan anda? (Max 200 kata)
Konsumen sudah sangat familiar dengan
Bioetanol, Bahan Bakar Bioetanol dinilai sudah berhasil diterapkan di Eropa,
Amerika, Afrika dan Asia termasuk Di Indonesia. Apabila Pabrik ini dibangun
per daerah di Wilayah Timur Indonesia maka harga akan sangat kompetitif
karena adanya pemotongan biaya Produksi dan pola distribusi. Kualitas
Bioetanol sangat baik, merupakan energi terbarukan di abad sekarang, produksinya
dapat memanfaatkan makroalgae yang banyak tersedia di Wilayah Timur
Indonesia. Penggunaannya dapat menekan emisi gas dari 20%-100% sehingga aman bagi
lingkungan dan tanpa merusak lapisan ozon. Ethanol 85 (E85) dapat menurunkan
gas emisi sampai 37,1%. Nilai Oktan yang tinggi dapat membuat tarikan mesin
kendaraan ringan sehingga mesin menjadi awet. Sifatnya yang mudah di
degradasi dan dapat dicampur dengan bahan non toksik lebih aman dari bensin.
Dengan adanya bantuan regulasi yang pro terhadap Energi Hijau ini dari
pemerintah, maka dengan mudah masyarakat Indonesia akan memilih Bioetanol sebagai
bahan bakar utama bagi kebutuhan transportasi
Dampak Sosial
Apakah ada implikasi social? Jelaskan bagaimana Ide Bisnis Anda, dapat mengatasi permasalahan social masyarakat dan memberikan solusi bagi masyarakat. (Max 200 kata)
Bioetanol yang dihasilkan dari bahan baku lokal dan tenaga kerja lokal akan berdampak pada kehidupan sosial ekonomi di suatu daerah.
Makroalgae Sargassum merupakan limbah perairan. Apabila dimanfaatkan secara optimal maka tidak ada lagi sampah sampah makroalgae yang membusuk dan mengeluarkan bautidak sedap sehingga tidak lagi mengganggu kesehatan masyarakat pesisir. Laju sampan dan kapal tidak akan terhenti akibat bagian talus Sargassum yang membelit baling baling sampan/perahu.
Hal ini memberikan dampak yang positif bagi segala aspek. Apabila terealisasi maka kesejahteraan masyarakat pesisir akan meningkat, limbah pabrik dapat diolah menjadi pupuk organik sehingga berdampak bagi perrtanian warga sekitar.
Bagi daerah, dengan adanya investasi pemanfaatan potensi daerah maka pendapatan daerah akan meningkat, dengan adanya pabrik ini akan menggerakkan sektor sektor lainnya seperti sektor perumahan, transportasi, komersial, UMKM dan lainnya sehingga roda perekonomian daerah akan berjalan.
Rencana jangka panjang yaitu project ini akan diduplikasi oleh daerah lain yang memiliki bahan baku makroalgae serupa sehingga akan menjadikan wilayah timur Indonesia sebagai sentra energi terbarukan.
C. Dinamika pasar dan industri
Jelaskan secara singkat target market, market size, bagaimana market akan berkembang di masa depan? Bagaimana pola kompetisi yang terjadi saat ini dan 5-10 tahun mendatang? (Max 200)
Pertumbuhan konsumsi bahan bakar paling tinggi yaitu dari sektor transportasi. Setiap tahunnya mengalami peningkatan 6,46%. Hal ini didukung dengan adanya Jumlah kendaraan di Indonesia meningkat terus dari 19 juta kendaraan bermotor pada tahun 2000 menjadi 114 juta kendaraan pada tahun 2014 dengan rata-rata kenaikan sebesar 13,7% per tahun (data statistik transportasi darat, 2014)
Selanjutnya diikuti oleh peningkatan konsumsi bahan bakar dari sektor komersil, rumah tangga dan Industri.
Berdasarkan data tersebut, Perkembangan market yang terus meningkat setiap tahunnya menjadikan pasar produk Biotennol sangat besar dan menjanjikan, bioetanol tidak lagi menjadi energi alternatif tetapi harus menjadi subtitutif bagi bahan bakar fosil yang dapat habis apabila digunakan secara terus menerus.
Pola kompetisi yang terjadi saat ini yaitu berbagai macam energi alternatif yang terus dikembangkan seperti geotermal, makro dan mikro hydro, angin dan arus perairan namun masing masing sumber daya energi tersebut mempunyai pasar tersediri, yaitu menghasilkan energi listrik. Bioetanol hanya dapat dihasilkan dari biomassa yang potensinya dapat menghasilkan energi 4,6 GW dan pasarnya adalah pengguna kendaraan berbahan bakar bensin
Apa hambatan-hambatan utama (internal dan external) yang saat ini ada yang akan berpengaruh terhadap keberlangsungan ide bisnis anda? Apa yang dapat anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut (risk mitigation)?
Hambatan yang akan berpengaruh pada bisnis ini terbagi menjadi 2 yaitu hambatan yang beresiko tinggi dan hambatan beresiko rendah. Hambatan beresiko tinggi dapat menyebabkan bisnis ini dihentikan.
Kadar Bioetanol hasil penelitian pendahuluan tergolong kecil, tahapan prosesnya panjang meliputi penyediaan bahan baku, pengeringan, penggilingan, hidrolisis, fermentasi dan destilasi. Apabila biya produksi (Input dan Proses) lebih tinggi dibandingkan harga jual (output) maka bisnis ini tidak dapat dilanjutkan. Minimnya literatur dan sedikitnya penelitian dan belum pernah diujicobakan pada skala produksi akan menjadi penghambat investasi untuk kepentingan bisnis.
Hambatan yang kedua yang beresiko rendah yaitu perijinan dan legalitas dari pemerintah daerah dan pusat, kurangnya teknologi hidrolisis, fermentasi dan destilasi, Sumber daya manusia dan minimnya data pendukung.
Dari kedua hambatan tersebut, Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasinya yaitu dengan melakukan penelitian laboratorium terfokus secara terus menerus pada proses hidrolisis, fermentasi dan destilasi untuk mengoptimalkan produksi bioetanol yang ingin dicapai kadar 99%. Nilai ekonomi Input dan Prosesnya haruslebih rendah dibandingkan dengan nilai jual (output). Apabila berhasil, maka dapat dilakukan ujicoba skala mikro dan makro. Komunikasi yang baik antara investor, pemerintah daerah dan pusat diharapkan akan bersinergi mewujudkan terciptanya energi baru dan terbarukan sehingga membantu ekonomi daerah dan berdampak pada ekonomi nasional.
D. Potensi Keberhasilan Jangka Panjang
Berikan indikator keberhasilan Kuantitatif dan Kualitatif Jangka Panjang, dengan skenario bisnis 5-10 tahun kedepan (Max 200 kata)
Indikator keberhasilan suatu bisnis ditentukan oleh adanya Profit yang diperoleh. Bisnis Bioetanol yang sudah dijalankan berbahan baku molase, nira dan singkong sebelumnya terhenti dikarenakan belum menguntungkan dari segi bisnis. Oleh sebab itu bahan baku Makroalgae dapat menjadi solusi produksi bioetanol yang murah dan menguntungkan bagi entitas bisnis. Indikator lain yaitu keberhasilan produksi Bioetanol skala mikro 15.000 Liter/hari atau 10% dari total konsumsi bensin di Bima dan Dompu NTB per hari dan scale up produksi mencapai 150.000 L/hari. Skala produksi tersebut dapat diakukan secara bertahap selama 5-10 tahun kedepan. Dengan kapasitas yang besar tersebut maka dapat diterapkan Biopremium dengan grade E10 (10% Bioetanol dan 90% Bensin) dan E85 (85% Bioetanol dan 15% Bensin).
Secara Kualitatif, Indikatornya ditandai dengan adanya penerapan dan subtitusi bahan bakar oleh konsumen dari Premium ke Bioetanol grade E10 dan E85. Keberhasilan dalam penerapannya dapat dijadikan pilot project untuk dikembangkan di daerah Timur Indonesia seperti di NTT, Sulawesi dan Papua yang sama sama menjadi endemik makroalgae Sargassum.
Bagaimana milestones project Ide Bisnis Anda ? bagaimana tahap-tahap perkembangan bisnis dan rencana jangka panjang?
Bisnis ini dibangun dengan memanfaatkan produk lokal Indonesia oleh masyarakat Indonesia dan untuk kedaulatan energi Indonesia.
Tahap Perkembangan bisnis sesuai dengan rencana jangka panjang dapat dibagi menjadi 7 langkah yaitu penelitian dan pengkajian lanjutan. Pada penelitian pendahuluan menunjukkan adanya bioetanol hasil fermentasi makroalgae, namun porsentasenya masih kecil sehingga perlu dilakukan penelitian pengembangan untuk mengoptimalisasi kadar bioetanol. Langkah kedua yaitu dilakukan ujicoba skala kecil yang hasilnya berupa bioetanol dengan kadar 99%. Pada tahap ini, dilakukan ujicoba terhadap kendaraan bermotor. Setelah indikator keberhasilannya terpenuhi, maka dimulai produksi skala mikro dengan kapasitas produksi 15.000 L/Hari. Angka tersebut merupakan 10% dari total konsumsi Bensin di Bima dan Dompu NTB, sehingga dapat dicampur dengan bensin 90% (E10). Apabila E10 ini berhasil dilakukan maka tahap berikutnya yaitu scale up 100% sehingga total jumlah produksi mencapai 15.000 L/hari. Jumlah ini Setara dengan kebutuhan daerah dan dapat diterapkan E85.
Apabila produksi dan penerapan berhasil maka dijadikan pilot project untuk di duplikasikan ke daerah lain yang menghasilkan makroalgae serupa.
Bagaimana anda memproyeksikan persaingan dengan bisnis energy serupa maupun dengan bisnis energy konvensional?
Bisnis bioetanol sangat menjanjikan bagi pelaku usaha dan kedaulatan energi Indonesia. Bioetanol di Indonesia sudah siap untuk diproduksi secara massal yaitu bioetanol dari molase, nira, dan singkong. Namun pada tahun 2010 lalu, sebagian besar produksi bioetanol tersebut sudah dihentikan dikarenakan faktor ekonomi. Harga bahan baku dan biaya produksi yang tinggi menyebabkan harga jual bioetanol menjadi tinggi mencapai Rp. 25.000/liter di pasaran. Bahan Baku yang digunakan tersebut merupakan bahan pangan sehingga terjadi persaingan harga yang menyebabkan harga singkong, nira dan tebu menjadi mahal. Hal ini ditambah dengan biaya budidaya singkong, tebu dan aren yang semakin meningkat, membutuhkan lahan yang luas di daratan dan memakan biaya transportasi ke pabrik pembuatan bioetanol yang di sentralisasi di pulau Jawa.
Apabila kita membandingkaan dengan Bioetanol dari makroalgae, maka kelebihannya yaitu bahan baku bukan merupakan bahan pangan sehingga tidak terjadi kontradiksi dengan keperluan pangan, biaya budidaya menjadi rendah karena makroalgae Sargassum tumbuh sepanjang tahun di wilayah timur Indonesia, Lokasi Pabrik yang disentralisasi di wilayah timur Indonesia dapat mengurangi biaya transportasi sehingga diharapkan harga produksi dapat ditekan dan harga jual menjadi murah. Proyeksi kedepan penggunaan Bioetanol dari makroalgae akan berkembang positif dan dapat menjadi bahan subtitusi bahan bakar minyak yang ada sekarang ini karena BBM jenis Premium memiliki jumlah produksi yang terbatas, biaya import yang tinggi dan bukan bahan bakar terbarukan sehingga dapat habis. Hal ini didukung dari data Kementrian ESDM bahwa produksis minyak Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2010 realisasi produksi minyak mencapai 942.000 bph menjadi 825.000 bph pada tahun 2016 dan di proyeksikan akan menurun lagi menjadi 550.000 bph pada tahun 2020.
Dampak Sosial
Apakah ada implikasi social? Jelaskan bagaimana Ide Bisnis Anda, dapat mengatasi permasalahan social masyarakat dan memberikan solusi bagi masyarakat. (Max 200 kata)
Bioetanol yang dihasilkan dari bahan baku lokal dan tenaga kerja lokal akan berdampak pada kehidupan sosial ekonomi di suatu daerah.
Makroalgae Sargassum merupakan limbah perairan. Apabila dimanfaatkan secara optimal maka tidak ada lagi sampah sampah makroalgae yang membusuk dan mengeluarkan bautidak sedap sehingga tidak lagi mengganggu kesehatan masyarakat pesisir. Laju sampan dan kapal tidak akan terhenti akibat bagian talus Sargassum yang membelit baling baling sampan/perahu.
Hal ini memberikan dampak yang positif bagi segala aspek. Apabila terealisasi maka kesejahteraan masyarakat pesisir akan meningkat, limbah pabrik dapat diolah menjadi pupuk organik sehingga berdampak bagi perrtanian warga sekitar.
Bagi daerah, dengan adanya investasi pemanfaatan potensi daerah maka pendapatan daerah akan meningkat, dengan adanya pabrik ini akan menggerakkan sektor sektor lainnya seperti sektor perumahan, transportasi, komersial, UMKM dan lainnya sehingga roda perekonomian daerah akan berjalan.
Rencana jangka panjang yaitu project ini akan diduplikasi oleh daerah lain yang memiliki bahan baku makroalgae serupa sehingga akan menjadikan wilayah timur Indonesia sebagai sentra energi terbarukan.
C. Dinamika pasar dan industri
Jelaskan secara singkat target market, market size, bagaimana market akan berkembang di masa depan? Bagaimana pola kompetisi yang terjadi saat ini dan 5-10 tahun mendatang? (Max 200)
Pertumbuhan konsumsi bahan bakar paling tinggi yaitu dari sektor transportasi. Setiap tahunnya mengalami peningkatan 6,46%. Hal ini didukung dengan adanya Jumlah kendaraan di Indonesia meningkat terus dari 19 juta kendaraan bermotor pada tahun 2000 menjadi 114 juta kendaraan pada tahun 2014 dengan rata-rata kenaikan sebesar 13,7% per tahun (data statistik transportasi darat, 2014)
Selanjutnya diikuti oleh peningkatan konsumsi bahan bakar dari sektor komersil, rumah tangga dan Industri.
Berdasarkan data tersebut, Perkembangan market yang terus meningkat setiap tahunnya menjadikan pasar produk Biotennol sangat besar dan menjanjikan, bioetanol tidak lagi menjadi energi alternatif tetapi harus menjadi subtitutif bagi bahan bakar fosil yang dapat habis apabila digunakan secara terus menerus.
Pola kompetisi yang terjadi saat ini yaitu berbagai macam energi alternatif yang terus dikembangkan seperti geotermal, makro dan mikro hydro, angin dan arus perairan namun masing masing sumber daya energi tersebut mempunyai pasar tersediri, yaitu menghasilkan energi listrik. Bioetanol hanya dapat dihasilkan dari biomassa yang potensinya dapat menghasilkan energi 4,6 GW dan pasarnya adalah pengguna kendaraan berbahan bakar bensin
Apa hambatan-hambatan utama (internal dan external) yang saat ini ada yang akan berpengaruh terhadap keberlangsungan ide bisnis anda? Apa yang dapat anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut (risk mitigation)?
Hambatan yang akan berpengaruh pada bisnis ini terbagi menjadi 2 yaitu hambatan yang beresiko tinggi dan hambatan beresiko rendah. Hambatan beresiko tinggi dapat menyebabkan bisnis ini dihentikan.
Kadar Bioetanol hasil penelitian pendahuluan tergolong kecil, tahapan prosesnya panjang meliputi penyediaan bahan baku, pengeringan, penggilingan, hidrolisis, fermentasi dan destilasi. Apabila biya produksi (Input dan Proses) lebih tinggi dibandingkan harga jual (output) maka bisnis ini tidak dapat dilanjutkan. Minimnya literatur dan sedikitnya penelitian dan belum pernah diujicobakan pada skala produksi akan menjadi penghambat investasi untuk kepentingan bisnis.
Hambatan yang kedua yang beresiko rendah yaitu perijinan dan legalitas dari pemerintah daerah dan pusat, kurangnya teknologi hidrolisis, fermentasi dan destilasi, Sumber daya manusia dan minimnya data pendukung.
Dari kedua hambatan tersebut, Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasinya yaitu dengan melakukan penelitian laboratorium terfokus secara terus menerus pada proses hidrolisis, fermentasi dan destilasi untuk mengoptimalkan produksi bioetanol yang ingin dicapai kadar 99%. Nilai ekonomi Input dan Prosesnya haruslebih rendah dibandingkan dengan nilai jual (output). Apabila berhasil, maka dapat dilakukan ujicoba skala mikro dan makro. Komunikasi yang baik antara investor, pemerintah daerah dan pusat diharapkan akan bersinergi mewujudkan terciptanya energi baru dan terbarukan sehingga membantu ekonomi daerah dan berdampak pada ekonomi nasional.
D. Potensi Keberhasilan Jangka Panjang
Berikan indikator keberhasilan Kuantitatif dan Kualitatif Jangka Panjang, dengan skenario bisnis 5-10 tahun kedepan (Max 200 kata)
Indikator keberhasilan suatu bisnis ditentukan oleh adanya Profit yang diperoleh. Bisnis Bioetanol yang sudah dijalankan berbahan baku molase, nira dan singkong sebelumnya terhenti dikarenakan belum menguntungkan dari segi bisnis. Oleh sebab itu bahan baku Makroalgae dapat menjadi solusi produksi bioetanol yang murah dan menguntungkan bagi entitas bisnis. Indikator lain yaitu keberhasilan produksi Bioetanol skala mikro 15.000 Liter/hari atau 10% dari total konsumsi bensin di Bima dan Dompu NTB per hari dan scale up produksi mencapai 150.000 L/hari. Skala produksi tersebut dapat diakukan secara bertahap selama 5-10 tahun kedepan. Dengan kapasitas yang besar tersebut maka dapat diterapkan Biopremium dengan grade E10 (10% Bioetanol dan 90% Bensin) dan E85 (85% Bioetanol dan 15% Bensin).
Secara Kualitatif, Indikatornya ditandai dengan adanya penerapan dan subtitusi bahan bakar oleh konsumen dari Premium ke Bioetanol grade E10 dan E85. Keberhasilan dalam penerapannya dapat dijadikan pilot project untuk dikembangkan di daerah Timur Indonesia seperti di NTT, Sulawesi dan Papua yang sama sama menjadi endemik makroalgae Sargassum.
Bagaimana milestones project Ide Bisnis Anda ? bagaimana tahap-tahap perkembangan bisnis dan rencana jangka panjang?
Bisnis ini dibangun dengan memanfaatkan produk lokal Indonesia oleh masyarakat Indonesia dan untuk kedaulatan energi Indonesia.
Tahap Perkembangan bisnis sesuai dengan rencana jangka panjang dapat dibagi menjadi 7 langkah yaitu penelitian dan pengkajian lanjutan. Pada penelitian pendahuluan menunjukkan adanya bioetanol hasil fermentasi makroalgae, namun porsentasenya masih kecil sehingga perlu dilakukan penelitian pengembangan untuk mengoptimalisasi kadar bioetanol. Langkah kedua yaitu dilakukan ujicoba skala kecil yang hasilnya berupa bioetanol dengan kadar 99%. Pada tahap ini, dilakukan ujicoba terhadap kendaraan bermotor. Setelah indikator keberhasilannya terpenuhi, maka dimulai produksi skala mikro dengan kapasitas produksi 15.000 L/Hari. Angka tersebut merupakan 10% dari total konsumsi Bensin di Bima dan Dompu NTB, sehingga dapat dicampur dengan bensin 90% (E10). Apabila E10 ini berhasil dilakukan maka tahap berikutnya yaitu scale up 100% sehingga total jumlah produksi mencapai 15.000 L/hari. Jumlah ini Setara dengan kebutuhan daerah dan dapat diterapkan E85.
Apabila produksi dan penerapan berhasil maka dijadikan pilot project untuk di duplikasikan ke daerah lain yang menghasilkan makroalgae serupa.
Bagaimana anda memproyeksikan persaingan dengan bisnis energy serupa maupun dengan bisnis energy konvensional?
Bisnis bioetanol sangat menjanjikan bagi pelaku usaha dan kedaulatan energi Indonesia. Bioetanol di Indonesia sudah siap untuk diproduksi secara massal yaitu bioetanol dari molase, nira, dan singkong. Namun pada tahun 2010 lalu, sebagian besar produksi bioetanol tersebut sudah dihentikan dikarenakan faktor ekonomi. Harga bahan baku dan biaya produksi yang tinggi menyebabkan harga jual bioetanol menjadi tinggi mencapai Rp. 25.000/liter di pasaran. Bahan Baku yang digunakan tersebut merupakan bahan pangan sehingga terjadi persaingan harga yang menyebabkan harga singkong, nira dan tebu menjadi mahal. Hal ini ditambah dengan biaya budidaya singkong, tebu dan aren yang semakin meningkat, membutuhkan lahan yang luas di daratan dan memakan biaya transportasi ke pabrik pembuatan bioetanol yang di sentralisasi di pulau Jawa.
Apabila kita membandingkaan dengan Bioetanol dari makroalgae, maka kelebihannya yaitu bahan baku bukan merupakan bahan pangan sehingga tidak terjadi kontradiksi dengan keperluan pangan, biaya budidaya menjadi rendah karena makroalgae Sargassum tumbuh sepanjang tahun di wilayah timur Indonesia, Lokasi Pabrik yang disentralisasi di wilayah timur Indonesia dapat mengurangi biaya transportasi sehingga diharapkan harga produksi dapat ditekan dan harga jual menjadi murah. Proyeksi kedepan penggunaan Bioetanol dari makroalgae akan berkembang positif dan dapat menjadi bahan subtitusi bahan bakar minyak yang ada sekarang ini karena BBM jenis Premium memiliki jumlah produksi yang terbatas, biaya import yang tinggi dan bukan bahan bakar terbarukan sehingga dapat habis. Hal ini didukung dari data Kementrian ESDM bahwa produksis minyak Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2010 realisasi produksi minyak mencapai 942.000 bph menjadi 825.000 bph pada tahun 2016 dan di proyeksikan akan menurun lagi menjadi 550.000 bph pada tahun 2020.
Comments
Post a Comment