Skip to main content

Dysplasia Developmental of the Hip (bagian 3)

Penderita Hip Dysplasia Bisa Sembuh

Beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 12 Agustus 2016, saya mengambil hasil rontgen bagian pelvis anak kami. Rasa deg-degan yang begitu mendalam menyelimuti saya saat itu, saya buka amplopnya dan Alhamdulillah saya melihat keterangan dari dokter bahwa anak kami "sudah tidak tampak lagi DDH" Akhirnya penantian kami selama 2 tahun ini terjawab. Anak kami sembuh dari DDH. Perasaan penuh haru, terima kasih ya Allah dan saat itu pula saya Whatsap dokter Sugeng untuk mengucapkan terima kasih atas penanganannya  kepada anak saya. (hasil pemeriksaan DDH anak kedua saya klik disini)

Anak kami dinyatakan positif DDH oleh dokter Sugeng Spesialis Orthopaedi yang ada di RS Sardjito, pada saat itu bayi kami baru berusia 6 bulan. Positif dikarenakan setelah dilihat ciri-ciri fisik dan dari hasil rontgen yaitu 1. Panjang kaki kanan lebih pendek dari kaki kiri, 2. Lipatan dibawah bokong terlihat tidak simetris dan 3. Hasil rontgen yang menunjukkan  tulang paha tidak tepat pada acetaabulum. (ciri fisik baca postingan saya DDH bagian 2) Baca juga penyebab DDH bagian 1

Dikarenakan usia bayi kami pada saat itu kurang dari 6 bulan, maka tidak diperlukan operasi. Pada usia kurang dari 6 bulan masih bisa diupayakan agar tulang paha yang posisinya bergeser bisa direposisi pada tempat yang semestinya. Adapun tindakan yang dilakukan oleh dokter yaitu :
1. Pemasangan Hemi Spica (Hip Spica Cast)
 Hemi Spica mirip dengan gypsum atau semen putih, namun ringan. Pemasangan dilakukan di ruang operasi RS Sardjito Yogyakarta, anak saya saat itu dibius total. Setelah tulang paha direposisi oleh dokter, maka dibalut dengan hemi spica agar posisi tulang paha tersebut tidak kembali ke posisi semula. Artinya, agar posisi yang benar tetap dipertahankan. Pemasangan ini sangat penting mengingat bayi pada usia seperti itu aktif melakukan pergerakan. Alhasil anak saya selama 3 bulan mengenakan hemi spica tidak bisa menggerakkan kedua kakinya dikarenakan adanya hemi spica yang dipasang dengan posisi "ngangkang".
posisi ngangkan setelah dipasang hemi spica

Selama 3 bulan kami menjalaninya dengan penuh kesiapan, kami membaca banyak referensi. Baju dan celananya kami sesuaikan, dibelikan yang karet dan longgar agar spica yang sudah terpasang bisa ditutup. Referensi DDH yang berbahasa indonesia sangat jarang kami temukan, itulah yang menjadi alasan mengapa saya menuliskan ini, tidak lain agar kami bisa berbagi dengan penderita lainnya. Agak sedikit repot memang  bagaimana mengasuh dengan posisi yang tidak biasa, bagaimana posisi saat tidur, saat digendong, saat ditidurkan, itu semua kami lakoni dengan hati-hati.

2. Terapi Pavlik Harness
Setelah 3 bulan berlalu, hemi spica dilepas dengan alat khusus seperti gergaji listrik. Kemudian kami lanjutkan dengan terapi Pavlik Harness. Dokter menyarankan kami agar kami ke RS Orthopaedi yang ada di Solo untuk dibuatkan Pavlik Harness. Singkat cerita, setelah dibuatkan, ternyata pavliknya tidak bagus, dibuat dengan bahan yang kasar dan bentuk yang sederhana. Bahannya dapat menyebabkan iritasi dan cepat lepas. Akhirnya kamipun mencari Pavlik Harness yang paten. Kami tidak menemukannya di Indonesia, satu satunya yang ada yaitu lewat situs jual beli online amazon.com. Dengan bantuan om Syahrir yang ada di Amerika pada saat itu, kami memesan Pavllik tersebut dengan alamat tujuan om Syahrir, kemudian om syahrir mengirimkannya ke Indonesia, dan dalam waktu 3 hari pavliknya sampai di Jogja. Perlu saya sampaikan bahwa di Indonesia belum ada penelitian mengenai jumlah penderita DDH. Adanya yaitu di luar negeri terutama di negara-negara Eropa dan Australia. Sehingga asal Pavlik harness yang kami belipun asalnya dari Amerika. Ada beberapa alasan kenapa di Indonesia sangat sedikit referensinya yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia terhadap DDH sehingga mereka tidak langsung membawa anaknya yang terindikasi DDH ke dokter. 2. Dokter yang ahli DDH di Indonesia hanya ada 1 orang saja yaitu dr. Ariyadi yang ada di RSCM. Dokter Sugeng yang menangani anak kamipun menyatakan bahwa anak penderita DDH yang beliau tangani masih kurang dari 10 orang, itupun kebanyakan anak yang sudah berusia diatas 2 tahun.
pavlik harness tampak depan dan belakang
model pavlik harness dari Amerika yang kami pesan
Gambaran Pavlik harness yaitu bahan seperti sabuk/ikat pinggang namun bahannnya sangat lembut sehingga tidak menyebabkan iritasi kulit, dikedua kakinya ada kain penyangga yang membuat kencang sehingga tidak mudah lepas. Namun kekurangannya yaitu cepat kotor oleh daki sehingga harus sering dicuci. kekurangan yang lain yaitu perekatnya menjadi kurang kuat ketika pemakaian sudah berjalan sekitar 2 minggu sehingga kami memutuskan membuat Pavlik Harness sendiri di tukang jahit, bahannya kami cari sendiri, agar pada saat Pavlik harness yang satu dicuci, ada penggantinya. Tujuan penggunaan Pavlik harness sama halnya dengan hemi spica namun keuntungannya bisa dilepas. Jika anak ingin mandi, maka kami lepas, selesai mandi dipasang lagi. 
Terapi Pavlik ini kami lakukan sendiri dengan mengatur kapan waktu pemakaian dan kapan dilepas. sampai pada bulan ke 3 kami lepas secara Total.

Hasil Rontgen setelah dilakukan pemasangan Hemi Spica 
Setelah dipasang hemi spica selama 3 bulan, hasil rontgennya penuh dengan catatan positif yaitu tulang paha sudah sesuai dengan posisinya sehingga merangsang pertumbuhan tulang dibawah acetabulum walaupun tulang dibawah acetabulum tersebut besarnya tidak sama dengan yang kiri. Namun hal itu memang tahapan yang di inginkan sehingga Wajib dipasang Pavlik harness untuke terapi berikutnya.

Hasil Rontgen setelah terapi Pavlik Harness
Setelah 3 bulan penggunaan Pavlik harness menunjukkan posisinya yang tetap stabil, tulang dibawah acetabulum sudah semakin membesar. Walaupun sudah membesar namun tetap tidak sama dengan yang kiri. Dokter menyarankan agar kami tidak khawatir dan berharap akan terus berkembang sampai nanti akan sama besar mengingat proses regenerasi sel balita pada saat itu yang kurang dari 1 tahun cepat mengalami pertumbuhan.

Alhamdulillah,seperti yang saya ceritakan di awal. Hasil rontgen yang terakhir menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan tulang dibawah acetabulum dan perbedaan yang kanan dan kiri sangatlah  kecil. Semoga dengan bertambahnya usia, akan menjadi sama.

Bagi ada yang ingin didiskusikan, kami akan membantu sebisa kami, karena sebelumnya kami merasakan kurangnya informasi mengenai DDH sehingga kami perlu untuk berbagi.


Comments

  1. Pak,,saya jg baru mengalami hal yg sama..bayi saya usia 2,5bulan pnjang kakinya beda.sebelah kiri lebih pendek,saya kedokter iman.di rsop purwokerto,bila dilihat langsung tdk begitu trlihat perbedaannya tp setelah dirontgen baru ketahuan..sedih skali rasanya ..sbg seorg ibu seperti hancur ,,semoga bpk berkenan berbagi informasi dan pengalamannya y pak

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih sudah berkunjung bu, saya dan istri sudah membaca postingan ibu, insya Allah kami siap membantu memberikan informasi. Usia anak ibu masih memungkinkan utk tidak dilakukan operasi...jika ada yg ingin ditanyakan, bisa langsung ke 081314604534

      Delete
  2. Terima kasih pak sdh berbagi pengalamannya, anak saya umur 1 bulan lahir dengan kondisi kaki cetv bilateral plus ddh. Saat ini sedang terapi gips dengan dr.Aryadi. setelah pengobatan ctev selesai baru penanganan ddh. Mudah2an anak saya bisa normal seperti abang2 nya Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pak/Ibu melalui web ini sudah banyak yang menghubungi kami menanyakan tentang pengalaman kami dalam menangani anak kami yang DDH. Alhamdulillah bisa saling berbagi. sepertinya akan kami buatkan grup whatsap agar kedepannya bisa saling sharing dan bertukar informasi mengenai DDH ini.

      Delete
  3. Mau tanya bagaimana ciri2 anak yg dysplasia.. Saya agak khawatir anak saya sudah 11 bulan kaki sebelah kirinya ketika merangkak agak diseret.. Dan kalo jalan agak jinjit.. Apakah seperti ini gejalanya

    ReplyDelete
  4. Maaf mau tanya, kira2 dmna ya sy bisa beli alat Pavlik Herness? Mhon informasinya. Trimkasih

    ReplyDelete
  5. mohon maaf atas keterlambatan respon, mengingat blog ini jarang di buka. Langsung saja menghubungi nomor diatas karena khusus untuk DDH kami sudah membuat grup Whatsapp

    ReplyDelete
  6. Saya ingin sharing,putri kami usia 20 bulan di diagnosa DDH,dan jujur saya dan istri bingung kalut dan nggak tau harus apa,dri beberpa opsi dokter Ortopedi mempunyai Opsi masing masing,dokter pertama menyarankan putri kami di Gips dengan Posisi mengangkang,dan opsi berikutnya Adalah Operasi di Rumah sakit di solo dan dokter berikutnya menyarankan agar putri kami untuk segera di lakukan pemasangan harness selama 6 bulan,saya dan istri bingung dan nggak tau harus berbuat apa,mohon pencerahannya
    Apakah saya bisa minta nomor telepon / nomor Wa bapak Ahmad (urgent)

    ReplyDelete
  7. Pak, bisa kah berbagi tutorial membuat pavlik herness nya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

HATI HATI PENIPUAN VENDOR / KONVEKSI ATAS NAMA PT PAMA PERSADA

PENIPUAN ATAS NAMA PT. PAMAPERSADA NUSANTARA Oleh : Ahmad Mawardi Saya akan menceritakan pengalaman saya yang saya ketahui belakangan kalau ini adalah penipuan yang mengatas namakan Purchasing PT PAMA PERSADA NUSANTARA. Kebetulan saya memiliki bisnis di bidang konveksi dengan skala nasional yang memiliki website sehingga mudah di akses oleh siapapun. Adapun kronologi nya yaitu : Tanggal 25 April 2019 Saya di telepon oleh orang yang mengatas namakan PT Pamapersada di Sangatta Kalimantan timur hendak memesan jaket untuk keperluan event pegawai Pama sebanyak 15.000 pcs di bulan September. Adapun bahan yang diminta yaitu bahan taslan dan nanti gambarnya akan di kirimkan via whatsapp.  Saya menerima dengan hangat penawaran tersebut dan menyanggupinya tanpa ada curiga karena memang dari pengalaman selama ini saya biasa menerima customer konveksi melalui WA/telepon/email. Selanjutnya setelah selesai telepon dia mengirimkan gambar jaketnya beserta spesifika

Dysplasia Developmental of the Hip (DDH) Bagian 2

Foto hasil rontgen penderita DDH Tanda dan Gejala Bayi Hip dysplasia pada bayi yang paling sering ditemukan pada saat pemeriksaan baru lahir oleh dokter tapi displasia dan dislokasi dapat berkembang setelah beberapa bulan kelahiran. Hal ini juga sulit untuk dideteksi karena hip dysplasia dikenal sebagai "silent" kondisi. Tidak menyebabkan rasa sakit pada bayi sehingga kebanyakan orangtua tidak menyadari adanya kelainan tersebut. Biasanya orangtua baru mengetahui pada saat anak sudah mulai belajar jalan atau jikalau sudah berjalan, jalannya tidak baik dan salah satu kakinya terseret seret. Baca kelanjutannya di DDH bagian 3  dan baca yang terakhir di DDH bagian 4  atau kembali ke DDH bagian 1 untuk informasi penyebab DDH Oleh sebab itu, orangtua harus sangat jeli memperhatikan untuk mengetahui gejala ini. Adapun tanda tanda yang bisa kita lihat yaitu : Asimetris atau kaki panjang sebelah  asimetris lipatan bokong Maksud dari asimetri

REVIEW KURSUS BAHASA ARAB DI LIPIA 2018

Informasi bagi yang ingin kursus bahasa Arab di LIPIA Jakarta Oleh : Ahmad Mawardi Kelompok Kelas Bahasa Arab Mustawa 1 A Tujuan penulisan ini yaitu memberikan informasi kepada teman teman pembaca yang ingin mendaftar kursus bahasa arab di LIPIA. Pada saat saya mendaftar pertama kali di LIPIA, informasi seperti ini sedikit sekali bahkan hanya 2 blog saja yang membahasnya, itupun bahasannya sangat sedikit, sehingga saya kesulitan mendapatkan gambaran awal tentang kursus di LIPIA. Sekarang saya akan membahas mengenai “keseruan” kursus di LIPIA yang dapat menambah semangat teman teman agar bisa ikut dan mempelajari bahasa Arab di LIPIA. Formulir Pendaftaran kursus bahasa arab LIPIA A. PROSES PENDAFTARAN SEBELUM KURSUS Pada tanggal 3-4 Februari 2018 lalu dibuka pendaftaran kursus bahasa Arab di LPIA Jakarta. Jadwal pagi sampai siang khusus ikhwan dan siang sampai sore untuk akhwat. Pada tahun 2018 ini kursus bahasa Arab di LIPIA dikenakan biaya Rp. 1.000.000 per semest