Essay Beasiswa LPDP
oleh : Ahmad Mawardi
Pada tulisan kali ini saya akan memberikan
pengulasan mengenai isi essay yang menjadi salah satu syarat pada pendaftaran
beasiswwa LPDP.
Disebutkan pada
pendaftaran beasiswa LPDP bahwa pelamar atau calon awardee diharuskan menulis
Essay dengan
topik bebas, tidak lebih 3 halaman (A4) yang menguraikan tentang peranan
penerima beasiswa dalam upayanya :
a)
meningkatkan daya saing/nilai tambah produk dan/atau jasa nasional, dan/atau;
b)
menyelesaikan permasalahan masyarakat dan bangsa, dan/atau;
c)
memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.
Sebagai salah satu Awardee
LPDP, saya memiliki kewajiban untuk mene-share
essay yang sudah saya tulis, mungkin dengan hal ini teman teman yang lain ada yang
berniat mendaftar beasiswa LPDP namun kesulitan mencari contoh essay, mungkin
tulisan ini dapat menjadi salah satu acuannya. Saya meyakini bahwa lolos atau
tidaknya kita tidak hanya ditentukan oleh essay ini, ada banyak faktor seperti
kelengkapan berkas administrasi, wawancara, dan saat tahap leaderless discussion group. Namun penulisan essay yang tepat dapat
menjadi poin penting pada saat seleksi administrrasi. Semoga bermanfaat
Dari
Daerah Untuk Daerah :
Sargassum Potensi Daerah Bima
menjadi Bioetanol
Bahan
Bakar Terbarukan
Ahmad Mawardi
Saya bangga terlahir di wilayah
indonesia bagian timur tepatnya di Bima NTB, walaupun banyak yang beranggapan
bahwa Bima sangat identik dengan kekerasan, kemiskinan, dan berpendidikan
rendah. Saya memang tidak menafikan hal demikian, hal ini diakibatkan adanya
pembangunan yang tidak merata antara wilayah barat dan timur, akses jalan yang tidak
memadai, alat kesehatan, peraga dan buku pelajaran yang sangat minim sehingga
memicu terjadinya ketimpangan di berbagai bidang terutama bidang pendidikan.
Salah satu permasalahan yang menjadi
perhatian saya adalah kemelimpahan produk lokal berupa makroalgae Sargassum yang ada di sepanjang pantai
di Bima NTB, jumlahnya lebih dari 5000 ton setiap tahunnya, Sargassum tumbuh liar di pinggir pantai
dalam jumlah yang sangat besar, setiap hari dapat dipanen sepanjang tahun tanpa
pernah habis.
Masyarakat di sekitar hanya menganggap
ini adalah sampah yang dapat mengganggu transportasi laut, apabila dilalui maka
dapat merusak baling baling sampan dan kapal. Apabila Sargassum tergerus oleh ombak maka akan terakumulasi di pinggir
pantai sehingga jika membusuk akan mengundang berbagai macam penyakit, tak
heran jika banyak penderita malaria yang menjangkiti masyarakat pesisir.
Pada tahun 2012 ketika saya
mewawancarai salah satu warga mengatakan bahwa Sargassum mulai diminati oleh pengepul yang berasal dari Jawa. Mereka
datang dengan truk dan menyuruh masyarakat untuk memanennya dengan imbalan harga
yang sangat murah Rp.1000/kg kering. Sargassum
tersebut ternyata dijual dan diekspor ke China dengan harga yang sangat tinggi
yaitu 150.000/kg kering untuk diolah menjadi tepung alginat.
Berdasarkan
pengamatan dan wawancara, apa yang dilakukan oleh masyarakat dengan memanen Sargassum tersebut, tenaga yang mereka
keluarkan tidak sebanding dengan harga beli oleh para pengepul, terlebih lagi
berkurangnya Sargassum terbukti
menurunkan jumlah ikan yang ada pada pantai tersebut.
Melihat realita
yang ada, saya sebagai mahasiswa dan putra daerah perlu mengangkat masalah ini,
mencari solusi terbaik sesuai bidang pengetahuan yang saya miliki dan sesuai dengan
kemampuan saya yaitu dengan melakukan penelitian tentang pemanfaatan potensi Sargassum. Salah satu produk yang saya tekuni
adalah Bioetanol. Hasil penelitian pendahuluan yang telah saya lakukan
menunjukkan bahwa Sargassum memiliki
kandungan karbohidrat 63,5% dan potensial dijadikan raw material produksi bioetanol.
Melalui penelitian ini, apabila
berhasil maka saya dapat berkontribusi secara aktif untuk kemajuan daerah saya.
Bioetanol yang berfungsi sebagai alternatif bahan bakar pengganti bensin ini
apabila dikembangkan oleh masyarakat sekitar, membangun industri rumahan maka
akan menjadi mata pencaharian baru bagi warga pesisir, tentunya Sargassum akan memiliki nilai ekonomi
yang lebih tinggi, yang akan kita jual bukan bahan baku tetapi produk. Produk bioetanol
ramah lingkungan dan sekaligus sebagai sumber energi terbarukan yang tidak akan
pernah habis. Apabila teknik budidaya dan pemanenan berkala diterapkan maka
tidak akan menimbulkan permasalahan penurunan jumlah ikan dan penyakit malaria
tidak akan terjadi lagi.
Penelitian skala laboratorium ini merupakan
langkah awal sebagai bentuk pemecahan
masalah yang ada, memberikan nilai tambah bagi masyarakat dan memberikan sumber
pengetahuan baru bagi IPTEK.
kak..ini essay nya harus berkaitan dengan penelitian kita ya?
ReplyDelete