Catatan kecil dalam aksi Super Damai
Oleh : Ahmad
Mawardi
|
Jutaan massa dalam aksi 212 (foto:google.image) |
Menjadi suatu keharusan bagi saya untuk menulis mengenai hal ini
dikarenakan kedua aksi ini perlu dicatat oleh sejarah, sejarah pribadi saya dan
sejarah peradaban Islam masa kini. Kita semua tahu awal mula aksi ini muncul
dikarenakan pemicunya berasal dari rasa ketidak adilan, ketidak adilan atas
perlakuan terhadap tersangka penista Agama.
Aksi #411 dan #212
Aksi ini merupakan syiar agama islam. Baru pada kali ini saya melihat
jutaan muslim berkumpul bersama dalam satu komando, satu suara lantunkan
Takbir, satu pergerakan yang dilandasi keimanan dan saya menjadi salah satu
bagian dari itu. Aksi ini merupakan ajang konsolidasi dan menunjukkan
kebersatuan muslim yang dapat menggetarkan hati setiap siapapun yang mendeklarasikan
diri memusuhi islam. Dengan Aksi ini kita gemparkan seluruh penduduk bumi bahwa
Muslim itu ada, berdiri kokoh di Indonesia. Saya meyakini bahwa bersatunya kaum
Muslim yang ada di Indonesia akan memicu bersatunya muslim di seluruh Dunia. Ada
pesan yang tersirat pada aksi ini yaitu mengatakan bahwa “Lain kali, jangan
coba macam macam dengan muslim”.
Ada getaran Jiwa tersendiri saat berada di lokasi aksi, itu adalah
Ghiroh. Ghiroh yang membuncah yang tidak bisa saya ungkapkan dengan kata kata.
Saya meyakini bahwa Ghiroh sebesar ini TIDAK akan dirasakan bagi orang yang
tidak ada di lokasi aksi. Saya tahu bahwa beberapa teman saya yang jauh disana berkata
tidak perlu ke jakarta kalau cuma ini dan itu. Saya ucapkan TIDAK. Disini
bersama dengan jutaan muslim lainnya kami berkumpul dengan hati yang bergetar, penuh
semangat, disini engkau akan melihat orang tua jompo yang semangat berjalan
tertatih tatih, disini engkau akan menemukan orang yang mengendarai kursi roda,
disini engkau akan melihat orang buta berjalan berbaris dengan satu tongkat
yang mereka kenakan, disini engkau akan melihat satu keluarga, genggaman tangan
mereka erat satu sama lain antara saudara, ibu, bapak, dan anak anaknya, disini
kamu akan melihat anak kecil, pemuda, orangtua, kakek-nenek, beragam etnis,
beragam suku berkumpul menjadi satu untuk GELORAKAN kalimat Tauhid. Lihatlah
kawan dengan secara langsung, maka matamu akan berkaca kaca, jauh langit
daripada bumi ketimbang hanya melihatnya di televisi.
Harus saya akui bahwa Aksi 212 lebih khusuk ketimbang aksi 411,
bagaimana tidak, kami bersama jutaan muslim lainnya mengetuk pintu langit
dengan doa, doa kepada Rabb pemilik alam semesta. Jangan anggap remeh doa
kawan, ketika engkau tidak tahu harus berbuat apa lagi, maka doa adalah senjata
paling ampuh untuk merubah keadaan. Kawan, doa saya terpatri khusunya bagi
saudara saudara ku seiman agar memperoleh hidayah, bagi yang tidak tergerak
hatinya, agar senantiasa bahu membahu menegakkan agama islam. Kalau kalian
bertanya, Islam yang mana? Islam yang damai oleh perjuangan Rasulullah dan
sahabatnya, Islam yang damai dengan Qalam Allah, Islam Rahmatan Lil Alamin. Sedikitpun Hujan tidak menggeser dari tempat
sujud kami, tidak menggeser dari tempat sajadah kami. Jum’atan terindah yang
kurasa, khusuk, semoga Allah mengabulkan Do’a kita semua.
Aksi 411 dan 212 telah sukses menyatukan umat islam, hampir semua
lapisan masyarakat dan ormas berkumpul, memutih bersama dalam lautan massa. Alangkah
licik bagi yang masih beranggapan kalau aksi ini ditunggangi pihak politik,
alangkah jahat kalau menuduh kami yang membawa sajadah dan Qur’an dianggap aksi
makar. Kalau iman sudah terketuk, kalau Hati sudah terpanggil, kalau Allah
sudah menggerakkan langkah, maka semuanya menjadi mudah dan ringan. Beban
muslim saat ini memang sangat berat, dua sisi yang menghadang. Ketika Kaum
kafir berusaha menutup mata kami, maka kaum munafik berusaha menghentikan
langkah kaki. Penguasaan di 3 lini antara kekuasaan, bisnis dan media adalah
cara ampuh untuk memangkas pergerakan muslim. Namun selama hati ini masih dalam
keimanan, maka sebaik baiknya mereka membuat makar, maka makar Allah amatlah
dahsyat.
Saya berharap, semoga dengan aksi ini, bertambah tambahlah keimanan
kita. Kalau ini berkaitan dengan Agama maka tentulah menjadi kewajiban bagi
saya untuk memperjuangkannya. Agama ini harus kita bela walaupun Allah Maha
kuasa atas segala sesuatu, Agama ini harus terus kita bela ditengah pelecehan
terhadap umat islam. Dan kelak, anak anakku akan terus melanjutkan perjuangan
kedua orangtuanya dalam membela agama Allah. Allahu Akbar…….
Comments
Post a Comment