contoh konten Website HSI |
Lanjutan Pembelajaran mengenai ilmu Tauhid
Oleh : Ahmad Mawardi
Berikut adalah lanjutan pembelajaran ilmu Tauhid, silsilah sampai ke 25. Semoga kita dapat mengambil manfaat dari yang sedikit ini, dan terus memperdalam keilmuan kita dengan mempelajari dalam kitab kitab tauhid atau mendengarkan kajian kajian mengenai Tauhid. Adapun Silsilah yang berikutnya akan terus di update. Semoga teman2 dapatbergabung dengan HSI di proses pembelajaran tahun depan. Walaupun secara online, hal ini sangat membantu kitamempelajari dasar dasar agama kita. Baca juga Tauhid bagian 1 dan tauhid bagian 2
Halaqah yang ke 21-25
21. Cinta Kepada Allah
Mencintai Allah
merupakan ibadah yang agung. Cinta yang merupakan ibadah ini mengharuskan
seorang muslim merendahkan dirinya di hadapan Allah, mengagungkan Allah yang
akhirnya akan membawa seseorang untuk melaksakan perintah Allah dan juga
menjauhi apa yang Allah larang. Inilah cinta yang merupakan ibadah. Barangsiapa
yang menyerahkan cinta seperti ini kepada selain Allah maka dia telah berbuat
syirik besar. Allah berfirman “Dan diantara manusia ada orang-orang yang
menjadikan selain Allah sebagai sekutu-sekutu Allah mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang orang beriman maka cinta mereka
kepada Allah jauh lebih besar”, Adapun cinta yag merupakan tabiat seperti cinta
keluarga, harta, pekerjaan dll maka hal ini diperbolehkan selama tidak melebihi
cinta kita kepada Allah. Apabila seseorang mencintai perkara-perkara tersebut
melebihi cintanya kepada Allah maka dia telah melakukan dosa besar.
Allah berfirman
yang artinya “katakanlah jika bapak-bapak, anak-anak, saaudara-saudara, istri-itri,
kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang
kalian khawatiri kerugiannya, dan juga rumah-rumah tempat tinggal yang kalian
sukai. Itu semua lebih kalian cintai daripada Allah dan rasulnya dan juga
berjihad di jalan Allah maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan dan Allah
tidak akan memaberi petunjuk kepada orang orang fasik” (At Taubah 24).
Ketika terjadi
pertentangan antara dua kecintaan maka disini akan nampak siapa yang lebih dia
cintai dan akan nampak siapa yang cintanya benar dan siapa yanga cintanya hanya
sebatas ucapan saja. Diantara cara untuk memupuk rasa cinta kita kepada Allah
adalah dengan mentadaburri, memperhatikan ayat-ayat Al Quran dan memikirkan tanda-tanda
kekuasaan Allah di alam semesta. Demikian pula dengan cara mengingat-ngingat
berbagai kenikmatan yang Allah berikan.
22. Takut Kepada Allah
Diantara
keyakinan seorang muslim adalah bahwasanya manfaat dan mudhorot adalah di
tangan Allah semata seorang muslim tidak takut kecuali Allah dan tidak bertawakkal
kecuali kepada Allah. takut kepada allah yang dibenarkan adalah takut yang
membawa pelakunya untuk merendahkan diri dihadapan Allah, mengagungkannya dan membawanya
untuk menjauhi larangan Allah dan melaksanakan perintahnya, bukan takut yang berlebihan
yang membawa kepada keputusasaan terhadap rahmat Allah dan juga bukan takut
yang terlalu tipis yang tidak membawa pemiliknya kepada ketaatan kepada Allah.
Takut seperti ini
adalah ibadah, tidak boleh sekali kali seorang muslim menyerahkan takut seperti
ini kepada selain Allah. Dan barangsiapa yang menyerahkannya kepada selain
Allah maka dia telah terjerumus kedalam syirik besar yang mengeluarkan seseorang
dari islam. Seperti orang yang takut kepada mudhorot wali fulan yang sudah
meninggal, kemudian takut tersebut menjadikan dia merendahkan diri di hadapan
kuburannya dan juga mengagungkannya
Hendaknya seorang muslim meneladani nabi Ibrahim AS ketika beliau berkata
yang artinya “Dan aku tidak takut dengan sesembahaan kalian, mereka tidak
memudaratkan aku kecuali apabila Rabbku menghendakinya” (Al An’am 80).
Diantara takut yang
di haramkan adalah takutnya seseorang kepada makhluk yang melebihi takutnya
kepada Allah sehingga takutnya tersebut membuat dia meninggalkan perintah Allah
atau melanggar larangan Allah seperti orang yang meninggalkan jihad yang wajib
atasnya karena takut kepada orang orang kafir atau tidak melarang kemungkaran
karena takut celaan manusia padahal dia mampu. Allah berfirman “Sesungguhnya itu
hanyalah syaitan yang menakut nakuti kalian wahai orang orang beriman dengan
wali walinya dengan penolong penolongnya, karena itu janganlah kalian takut
kepada mereka tetapi takutlah kalian kepadaKu jika kalian benar benar orang
orang yang beriman”.
Diantara cara
menghilangkan rasa takut kepada mahkluk yang diharamkan adalah berlindung
kepada Allah dari bisikan syaitan dan mengingat sabda Nabi yang artinya “Ketahuilah
bahwa seandainya umat semuanya berkumpul untk memberikan manfaat kepadamu
niscaya mereka tidak bisa memberi
manfaat kecuali dengan apa yang Allah sudah tulis dan seandainya kalian
berkumpul untuk memberikan mudhorot kepadamu nicscaya mereka tidak bisa
memberikan mudhorot kecuali dengan apa yang Allah tulis (HR Tirmidzi)
Diperbolehkan
takut yang merupakan tabiat manusia seperti takut kepada panasnya api, binatang
buas dan takut yang seperti ini bukanlah takut yang merupakan ibadah dan juga
bukan takut yang membawa seseorang meninggalkan perintah atau melanggar
larangan Allah, ini adalah takut yang para nabipun tidak terlepas darinya.
23. Taat ulama dalam kebenaran
Ulama adalah
orang yang memiliki ilmu tentang Allah dan juga agamanya. Ilmu yang membawa
dirinya untuk bertaqwa kepada Allah. Mereka adalah pewaris para Nabi dan
kedudukan mereka di dalam agama islam adalah sangat tinggi. Allah telah
mengangkat derajat para ulama dan memerintahkan kita untuk taat kepada mereka
selama mereka menyeru dan mengajak kepada kebenaran dan juga kebaikan. Allah
berfiman “Wahai orang-orang yang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah
kepada Rassul dan ulil amri kalian”. Ulil amri disini mencakup ulama, umaro atau
pemerintah. Menghormati mereka bukan berarti menaati mereka dalam segala hal
sampai kepada kemaksiatan. Ulama seperti manusia yang lain ijtihad mereka
terkadang benar terkadang salah, kalau benar mereka mendapat 2 pahala dan kalau
salah mereka mendapatkan 1 pahala. Apabila telah jelas kebenaran bagi seorang
muslim dan jelas bahwasanya seorang ulama menyelisihi kebenaran tersebut dalam
sebuah permasalahan maka tidak boleh seseorang menaati ulama tersebut kemudian
dia meninggalkan kebenaran. Rasulullah bersabda “Tidak ada ketaatan dalam
kemaksiatan. Sesungguhnya ketaatan hanya didalam kebenaran” (Muttafakun Alaih).
Apabila seseorang
menaati ulama dalam kemaksiatan kepada Allah maka dia menjadikan ulama tersebut
sebagai pembuat syariat dan bukan penyampai syariat. Seperti yang dilakukan
orang orang Yahudi dan Nasrani. Allah berfirman “Mereka itu orang Yahudi dan Nasrani
menjadikan ulama dan ahli ibadah mereka sebagai sesembahan selain Allah” (At Taubah
31). Rasulullah menjelaskan ayat ini, beliau mengatakan “Ketahuilah bahwa
mereka bukan beribadah kepada para ulama dan ahli ibadah tersebut akan tetapi
mereka apabila menghalalkan apa yang Allah Haramkan maka mereka ikut
menghalalkan dan apabila ulama dan ahli ibadah tersebut mengharamkan apa yang Allah
Halalkan maka mereka pun ikut mengharamkannya” (hadits hasan Timidzi)
24. Menyandarkan nikmat kepada
Allah
Termasuk
keyakinan yang harus diingat dan diyakini oleh setip muslim bahwa kenikmatan
dengan segala jenisnya adalah dari Allah. Allah berfirman “kenikmatan apa saja
yang kalian dapatkan maka asalnya dari Allah” dan termasuk syirik kecil apabila
seseorang mendapatkan sebuah kenikmatan dari Allah kemudian menyandarkan
kenikmatan tersebut kepada selain ALLah. Seperti mengatakan kalau pilot tidak mahir
niscaya kita sudah celaka, kalau tidak ada angsa niscaya uang kita sudah
dicuri, Kalau bukan karena dokter niscaya tidak akan sembuh ini semua adalah
menyandarkan kenikmataan kepada sebab Allah berfirman “Mereka mengenal nikmat
Allah kemudian mereka mengingkarinya” Seharusnya dia sandarkan kenikmatan
tersebut kepada Allah, dzat yang menciptakan sebab seperti dengan mengatakan kalau buka karena Allah
niscaya kita suda celaka atau kalu bukan karena Allah niscaya uang kita sudah hilang, kalau bukan karena
Allah niscaya saya tidak akan sembuh. Karena Allahlah yang memberikan nikmat
keselamatan, nikmat kesembuhan, nikmat keamanan sedangkan mahluk adalah sebuah
alat sampainya kenikmatan kepada kita.
Kalau Allah
menghendaki niscaya Allah tidak akan menggerakkan makhluk makhluk tersebut
untuk menolong kita. Ini semua bukan berarti seorang muslim tidak boleh
berterima kasih kepada orang lain. Seorang muslim diperintah untuk mengucap syukur
dan berucap terima kasih kepada seseorang yang telah berbuat baik kepadanya karena
mereka menajdi sebab kenikmatan ini bahkan kita diperintah untuk membalas
kebaikan tersebut dengan kebaikan atau dengan doa yang baik namun ujian dan penyandaran
kenikmatan tetap hanya kepada Allah semata.
25. Ridha Dengan Hukum Allah
Allah ta’ala sebagai
pencipta manusia sangat menyayangi mereka. Dialah Arrahman Arrahim. Dan Diantara bentuk kasih sayangnya adalah
menurunkan syariat supaya manusia mendapatkan kebahagiaan dan terhindar dari
kesusahan di dunia maupun di akhirat. Dialah yang Maha Mengetahui dan dialah
yang Maha Bijaksana, hukumNya penuh dengan keadilan, hikmah dan juga kebaikan meskipun
hal ini terkadang samar atas sebagian manusia.
Oleh karena itu
menjadi keharusan sebagai seorang muslim dan muslimah untuk ridho dengan hukum
Allah dan yakin bahwa kebaikan semuanya di dalam hukum Allah. Di dalam bidang
kehidupan, aqidah, akhlak, ekonomi, Adab, muamalah, Kenegaraan dan lain lain. Mengesakan
Allah di dalam hukum hukumnya adalah termasuk konsekuensi tauhid. Allah
berfirman : “Dan tidaklah pantas bagi seorang laki-laki yang mukmin dan wanita yang
mukminah apabila Allah dan Rasulnya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada
bagi mereka pilihan yang lain di dalam urusan mereka, dan barangsiapa yang
mendurhakai Allah dan Rasulnya maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan
yang nyata (Al Ahzab 36).
Alhamdulilllah
Dengan izin Allah dan karunianya sampailah kita pada bagian yang terakhir dari
silsilah kita yaitu bagian yang ke 25 dan dengan ini saya akhiri silsilah ini
dan bukan berarti kita sudah merasa cukup, Apa yang saya sampaikan hanyaaah sebaian
kecil dari ilmu tauhid itu sendiri. Belajar tauhid dan mengamalkannya tidak
akan berhenti sampai ajal menjemput kita. Ikutilah majelis ilmu yang membahas
tentang tauhid ini, Bacalah buku buku
yang berkaitan dengan tauhid yang ditulis oleh para ulama yang terpercaya. Semoga
Allah merahmati kita semua menghidupkan dan mematikan kita diatas tauhid.
Alhamdulillahirabbil
Alamin
Comments
Post a Comment